Ke’Te Kesu, Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Tana Toraja

Ke’Te Kesu, Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Tana Toraja

Foto makam-makam yang digantung dipinggir bukit bebatuan, situs pemakaman kuno desa wisata Ke’Te Kesu pada Jumat (10/11/2023)

Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten yang berada di daerah pegunungan Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota dari Kabupaten Toraja adalah Makale. Di dalam buku Tongkonan Mahakarya Arsitekstur Tradisonal Suku Toraja (2017) menyatakan asal asul nama Toraja berasal dari Bahasa Bugis, “to riaja” yang berarti “orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan.” 

Menurut penelitian Rosmawati (2021) sumber daya budaya berupa cagar budaya dan tradisi budaya Toraja yang bercorak megalitis sebagai warisan budaya Austronesia , merupakan suatu keunikan budaya yang berpotensial menjadikan Toraja menjadi destinasi wisata utama di Indonesia. Salah satu keunikan dari suku Toraja ini adalah, ritual pemakaman yang sangat menarik perhatian. 

Salah satu wisata yang dapat kita kunjungi untuk melihat peninggalan atau jejak budaya ini adalah di desa wisata Ke’Te Kesu, yang terletak di Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Desa wisata ini diakui desa tertua dengan penataan desa yang tidak pernah berubah sepanjang tahun. Maka tak heran desa ini disebut juga museum hidup.

Apa aja sih yang ada di desa wisata ini?

Jadi di desa wisata Ke’Te Kesu kita dapat melihat rumah adat Toraja yang disebut Tongkonan yang berdiri sejak ratusan tahun yang lalu. Tongkonan ini memiliki bentuk seperti perahu, atau lebih tepatnya seperti kepala kerbau. Rumah adat Tongkonan ini dihiasi dengan ukiran-ukiran yang unik dan kepala kerbau yang ditempel pada tiang dan dinding rumah adat Tongkonan. 

Menurut warga setempat, tanduk kerbau yang di ditempel atau digantung itu menandakan seberapa banyak pemilik rumah telah memotong kerbau atau disebut “tedong.” Jadi semakin banyak kepala kerbau yang ditempel di dinding dan tiang rumah adat Tongkonan maka pemilik dikatakan memiliki harta kekayaan yang berlimpah, karena pemotongan kerbau memerlukan modal yang cukup besar. 

Selain rumah adat Tongkonan, kita juga dapat melihat situs pemakan kuno yang berusia ratusan tahun. Pemakaman kuno ini terletak di bagian dalam desa id bukit bebatuan yang terdapat  gua di dalamnya. Jadi di bukit bebatuan ini terdapat makam-makam kuno, dimana ada peti atau tempat mayat yang digantung dipinggir bukit bebatuan. Situs ini yang sangat unik dan menarik wistawan dari luar pulau Sulawesi. Jadi pada tempat ini dipenuhi rangka atau tengkorak manusia yang berjejer disetiap tangga menuju puncak bukit. 

Menariknya lagi, pada saat penulis berkunjung ke tempat ini dan memasuki gua yang berada di titik pemberhentian terakhir pemakan kuno desa Ke’Te Kesu ini, penulis dapat melihat mayat satu-satunya di dalam gua. Bentuk mayat tersebut mulai hancur dan masih berada di dalam peti dengan pakaian lengkap yang dikelilingi batu. 

Jadi, yuk kunjungi wisata berbasis kearifan lokal Ke’Te Kesu untuk menambah pengalaman dan pengetahuan budaya kita sesama bangsa Indonesia. Melihat banyak budaya yang unik penulis semakin bangga menjadi warga negara yang kaya akan keberagaman ini. Dengan bermodalkan Rp 15.000 kita dapat melihat uniknya budaya dari suku Toraja dari desa wisata Ke’Te Kesu Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. (Natalia Ginting)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *