IPK Tidak Jadi Modal Utama Terjun Ke Dunia Kerja 

IPK Tidak Jadi Modal Utama Terjun Ke Dunia Kerja 

IPK dan Skill Modal untuk Dunia Kerja (Foto: Pixabay.com)

UNIKA, VERITASUNIKA.COM – Indeks Prestasi (IP) adalah perhitungan nilai untuk setiap mata kuliah sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah keseluruhan/kumulatif dari seluruh nilai yang masuk. (IPK) sering menjadi kebanggaan sekaligus momok menakutkan bagi para mahasiswa. IPK dinyatakan dalam besaran yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan SKS mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah yang telah diambil/ditempuh. 

Untuk mahasiswa program diploma dan sarjana memiliki tiga predikat kelulusan, yakni memuaskan (IPK 2,76-3,00), sangat memuaskan (IPK 3,01 – 3,50), dan dengan pujian/cum laude (3,50-4,00) (campus.quipper.com). Selain untuk menentukan kelulusan, IPK juga digunakan sebagai kriteria dalam pemberian sanksi akademik dan evaluasi studi pada akhir program setiap semester. Lulus dengan IPK yang memuaskan adalah keinginan seluruh mahasiswa namun pada kenyataannya IPK tinggi tidak cukup menjadi modal lulusan perguruan tinggi terjun ke dunia kerja. 

IPK tinggi bukan jadi faktor utama di dunia kerja, IPK bukan modal utama untuk diterima saat melamar pekerjaan. Bagi beberapa perusahaan, nilai tersebut hanya sebatas angka tapi keahlian (skill) menjadi bukti apakah seseorang pantas mendapat pekerjaan atau tidak. Salah satu yang mempengaruhi tingginya persaingan di dunia kerja saat ini adalah tidak adanya skill dalam diri si pelamar. 

Menurut survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 8,43 juta jiwa pada Agustus 2022. Dari jumlah pengangguran terbuka tersebut, terdapat sebanyak 673,490 (7,99 persen) penganggur yang merupakan lulusan perguruan tinggi. Angka ini sebenarnya sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun 2021, di mana total pengangguran terbuka mencapai 9,10 juta jiwa dengan 848.000 diantaranya merupakan penganggur lulusan perguruan tinggi. Salah satu yang mempengaruhi hal tersebut adalah kebanyakan lulusan perguruan tinggi hanya mengandalkan IPK semata tanpa memperdalam skill mereka ketika masih menyandang status mahasiswa. 

IPK Tidak Berhubungan Dengan Kualitas Pekerjaan 

IPK tinggi dan lulus dengan pujian tentu membuat orang bangga. Namun IPK yang tinggi saja tidak cukup menjadi modal lulusan perguruan tinggi ke dunia kerja. Perusahaan akan mencari orang yang bisa membantu mereka menyelesaikan masalah di dalam perusahaan tersebut. Mayoritas perusahaan akan puas untuk memperkerjakan lulusan yang berprestasi Selain itu, attitude dan semangat untuk bekerja keras dan kemauan terus belajar lah yang menentukan kesuksesan dalam bekerja. Namun hal ini belum tentu ada dalam diri lulusan perguruan tinggi yang memiliki IPK tinggi. Karena IPK bisa saja di dapatkan tidak sepenuhnya dari pengetahuan individu, bisa jadi karena adanya kerja sama dengan teman ataupun menyewa jasa orang untuk mengerjakan tugas-tugas termasuk skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk lulus. 

Oleh karena itu, banyak perguruan tinggi melahirkan lulusan yang tak siap pakai. Sedangkan untuk mendapat pekerjaan, pengetahuan akademis saja tidak cukup. Dibutuhkan pengalaman lain yang berhubungan dengan karir dan dunia kerja. Pada kenyataannya, justru para lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pengalaman tersebut saat masih menempuh perkuliahan.

Jadi, IPK Penting atau Tidak?

Memang dalam waktu tertentu, IPK tinggi merupakan salah satu target yang harus dicapai oleh banyak mahasiswa, karena IPK tinggi membuka banyak kesempatan seperti keringanan biaya kuliah, kesempatan kuliah S2 di dalam maupun di luar negeri dan kesempatan lainnya. Walaupun IPK tidak berhubungan langsung dengan kualitas dan prestasi kerja, namun ada juga beberapa perusahaan yang menerapkan syarat IPK minimal untuk bisa bergabung bersama mereka. Selain itu, nilai IPK yang tinggi diasumsikan sebagai penanda seseorang memahami teori dan pelajaran pada saat perkuliahan. 

Kesuksesan di bangku kuliah ini juga dijadikan sebagai parameter untuk menentukan karakter seorang ketika menunjang karir di dunia kerja. Untuk mencapai dan mempertahankan nilai IPK tentunya dibutuhkan waktu dan energi serta disiplin yang tinggi. Walaupun tidak terlalu dibutuhkan di dalam dunia kerja, setidaknya nilai IPK menunjukkan adanya tanggung jawab dan kemauan kerja keras untuk mencapai hasil yang diinginkan. 

Mempunyai IPK yang tinggi memang membantu saat melamar pekerjaan, terlebih lagi banyak perusahaan yang menerapkan syarat IPK minimal. Ada yang minimal 2,75 bahkan ada juga minimal 3,00. Walau tidak serta merta IPK tinggi sudah pasti diterima, masih banyak faktor penting yang menentukan keberhasilan ketika melamar pekerjaan. 

Tidak bisa dikatakan juga bahwa IPK tidak penting dan memang bukan terpenting juga. IPK dan skill sama-sama penting bagi mahasiswa. Sejak di bangku kuliah, mahasiswa harus membekali diri dengan berbagai kemampuan dan pengalaman untuk mendukung keberlanjutan karir di masa depan. Para lulusan perguruan tinggi harus memiliki kemampuan dan pengalaman yang baik sehingga tak hanya mampu menentukan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keinginannya, tetapi juga mampu bersaing di dunia kerja. 

Sekarang ini, banyak program yang disediakan untuk mahasiswa agar mampu mengasah skill saat masih duduk di bangku kuliah. Salah satunya adalah program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). MBKM memiliki depalan program, yakni Program Magang, Studi Independen, Kampus Mengajar, Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Indonesian International Student Mobility Awards, Wirausaha Merdeka, Praktisi Mengajar, Bangkit by Google, GoTo, and Traveloka, dan Kementerian ESDM-GERILYA. Semua program tersebut memberikan hak yang sama kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studi. Seluruh program ini dapat membantu mahasiswa mengasah skill karena langsung praktik dan tidak hanya belajar di kelas. 

IPK dan skill akan membantu meraih kesuksesan di masa depan. Jadi, keduanya sama-sama penting. Selain tekun belajar demi meraih IPK yang tinggi jangan lupa pula untuk membekali diri dengan prestasi dan keahlian lain di bidang nonakademis. Sangat disayangkan kalau IPK menterang padahal kemampuan dan wawasan biasa-biasa saja bahkan kurang. Harus disadari bahwa tujuan mahasiswa dalam kuliah adalah ilmu bukan nilai. Kalau benar-benar serius dan semangat mencari ilmu, otomatis akan mendapat IPK yang bagus. Walaupun pada skill lah yang paling utama diperlukan dalam dunia kerja, tapi IPK dan skill akan menjadi jembatan penting menuju kesuksesan di masa depan. (Valentina Br Ginting)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *