Inilah Profil Pembicara Seminar Kewirausahaan “Bisnis Kreatif di Era Digital”

Inilah Profil Pembicara Seminar Kewirausahaan “Bisnis Kreatif di Era Digital”

UNIKA, VERITASUNIKA.COM – Tanggal 17 Desember 2018, Komunitas Veritas akan menggelar Seminar Nasional Kewirausahaan “Bisnis Kreatif di Era Digital”. Pelaksanaan seminar ini dilagtarbelakang perkembangan zaman yang sudah memasuki era digital.

Indonesia saat ini sedang memasuki era digitalisasi dari berbagai sektor. Perubahan ini mengawali revolusi 4.0. Studi dari McKinsey pada 2016, menyebutkan dampak dari digital technology menuju revolusi industri 4.0 menyampaikan bahwa dalam lima tahun ke depan sebesar 52,6 juta jenis pekerjaan akan digantikan oleh mesin.

10 tahun yang lalu gerai Matahari, Ramayana, Carrefour, Hypermart adalah raja dunia retail. Faktanya hari ini, gerai mereka banyak tutup, tergantikan oleh marketplace seperti Bukalapak. Bukalapak merupakan salah satu online marketplace terkemuka di Indonesia yang menyediakan sarana jual beli dari konsumen ke konsumen. 10 tahun lalu orang harus punya toko untuk bisa berjualan. Tapi kini, siapapun orangnya bisa punya toko dan sukses berbisnis di era digital dengan mendaftar akun dan berbisnis di marketplace seperti Bukalapak.

Pada seminar ini, Komunitas Veritas menghadirkan empat pembicara dari manajemen Bukalapak dan wirausaha muda yang merupakan pelapak Bukalapak. Siapa sajakah mereka? Berikut profil mereka.

MUHAMMAD Fikri

Muhammad Fikri (Head of Community Management Bukalapak)

Fikri saat ini menjabat sebagai Head of Community Management Bukalapak. Selain berkaris di Bukalapak, Fikri dosen di London School of Public Relation (LSPR) Jakarta dan Social Media and Travel di Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.  Fikri lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UGM dan Master Ilmu Komunikasi (Youth and Media) The University of Amsterdam (UvA).

Penghargaan yang diraih Fikri antara lain: beasiswa LPDP Kementerian Keuangan di Belanda tahun 2013, Global Service Leaders Program di Amerika Serikat dari US Embassy and Meridian International Center, Washington DC tahun 2013, Rotary Youth Leadership Award di Turki (RYLA) dari Rotary Club Istambul Turki tahun 2012, dan The Peace Scholarship Programm dari IDP Australia dan AusAid tahun 20018.

Saat masih kuliah di FISIP UGM Yogyakarta, Fikri meraih penghargaan The Best Achievement Student Award dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UGM tahun 2008.

QONITAH Azzahra

Qonitah Azzahra (Menang PKM, Berhenti Jadi Karyawan)

KOMPETISI Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Kemenristekdikti menjadi pintu masuk bagi Qonitah Azzahra untuk menjadi wirausaha.

Tahun 2012 atau saat dirinya duduk di semester 2, proposal PKM Qonitah di bidang Kewirausahaan memenangkan hibah. Produk yang dibuat dan dikerjakan Qonitah adalah Bakso Sayur.

Siapa sangka, program PKM ini  menjadi jalan bagi perempuan kelahiran Medan, 7 September 1994 ini untuk terus berjualan. Berbagai produk mulai dari makanan hingga busana, ia jual secara online di beberapa marketplace. Dan hasilnya sukses. Pekerjaan tersebut dilakoni Qonitah hingga lulus dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI tahun 2016.

Melihat peluang bisnis onlinenya yang semakin besar dan agar lebih fokus, Qonitah yang sempat bekerja sebagai Staf CCR PT Wyeth Nutrition Indonesia sejak 2016 memutuskan mundur tahun 2017.  Qonitah membuka toko online “Qonitah Project” dengan lini usaha  busana muslim online dan offline. Usaha ini berkembang pesat. Awal 2019 mendatang, tokonya akan melahirkan brand sendiri “Qzahrashi”.

Oh ya, saat menjadi mahasiswa, Qonitah sangat aktif. Tujuh organisasi mahasiswa ia masuki. Tulisannya tentang kesehatan dipresentasikan di International Conference on Medical and Health Sciences (ICMHSI) ke 13 di Korea Selatan tahun 2016 dan meraih juara ke-2. Sebelumnya di tahun 2015, tulisannya juga dipresentasikan di Asian Congress of Nutrition (ACN) ke-12. Qonitah membuktikan bahwa sebagai mahasiswa, dirinya bisa menjalani beragam aktivitas: belajar, berorganisasi, dan berjualan. Padahal dirinya bukan anak Ekonomi loh.

SYAFRIA NINGSIH

Syafria Ningsih (Melawan Gaptek Meskipun Sudah Ibu-ibu)

DIMANA ada kemauan dan keyakinan, di situ ada jalan. Pepatah lawas ini menjadi pegangan Syafria Ningsih saat memutuskan untuk berjualan online di beberapa marketplace.

Sebagai ibu-ibu yang sudah punya anak dan tidak muda lagi, Syafria mengaku sama sekali gagap teknologi (gaptek). Untuk akses internet saja, Syafria tidak mengerti. Tapi Syafria melawan kegaptekannya dengan niat dan kemauan. Syafria pun belajar dari awal lagi.

Pekerjaan terakhirnya adalah PNS guru Matematika dan Kimia di SMA Negeri 1 Panai Tengah, Labuhan Batu. Tahun 1995, perempuan kelahiran Medan, 17 April 1971 ini mundur sebagai PNS.

Agar mempunyai kegiatan dan menambah pemasukan bagi keluarga, lulusan D3 USU ini mencoba berbisnis offline sejak 2006. Tapi usahanya nyaris bangkrut. Syafria pun berpikir untuk mengkombinasikan usaha offlinenya  dengan online.

Kegigihannya untuk mengetahui seluk beluk bisnis online memantapkan Syafria untuk melahirkan toko online “Kekesumut”tahun 2016. Kekesumut menjadi distributor tunggal brand Kekebusana di Sumatera Utara. Kekebusana adalah salah satu produk busana muslim terkemuka di Indonesia.

Niat dan kemauan Syafria membuahkan hasil. Toko online dan produk yang dijualnya diminati konsumen. Ratusan potong busana terjual setiap minggunya. Syafria sukses membuktikan kalau tak ada kata terlambat meskipun gaptek dan sudah ibu-ibu. Kuncinya adalah kemauan dan keyakinan. Saat ini, Syafria aktif sebagai Ranger/Pengurus Komunitas Bukalapak Medan

Kolaliandri Ginting (Berbisnis dari Kamar Kos 3 x 4 Meter)

KOLALIANDRI Ginting, akrab disapa Andri. Kelahiran Medan, 29 Desember 1997 dan berkampung halaman di Mardinding, Karo. SD dan SMP diselesaikan di Mardinding, sedangkan SMA di SMA Methodist 1 Medan. Andri saat ini kuliah di semester V jurusan Administrasi Niaga FISIP USU. Tahun ini, dirinya dinobatkan sebagai Duta Wirausaha USU 2018.

Berjualan online dilakukan Andri sejak masih duduk di semester 1. Dengan nama toko online “Importir Mesin Pertanian”, Andri menjual alat-alat pertanian. Di semester 3, Andri berhasil menciptakan produk sendiri yakni alat cuci motor “Jet Cleaner Karya Anak Bangsa”. Harganya Rp 280 ribu per buah.

Alat ini dirakit sendiri dari kamar kos Andri yang hanya berukuran 3 x 4 meter . Hasilnya lumayan. Per hari, produk ciptaannya laku 60 buah, dipesan konsumen dari seluruh Indonesia. Untuk membantu usahanya, Andri mempekerjakan delapan pegawai.

Dari keuntungan bisnis ini, Andri menginvestasikannya ke ladang jeruk seluas tujuh hektar di kampungnya, jalan-jalan ke luar ngeri dan membawa orangtuanya ziarah ke Yerusalem. Andri saat ini aktif di IMKA Eguaninta FISIP USU. Motto hidupnya adalah: tidak menyusahkan orang lain.

Nah, seperti itulah sedikit profilnya. masih banyak lagi kisah inspiratif mereka. Yakin, nggak mau hadir?(Truly Okto Purba)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *