IMKA Arih Ersada Unika Santo Thomas, Wujudkan Masyarakat yang Lebih Kritis

IMKA Arih Ersada Unika Santo Thomas, Wujudkan Masyarakat yang Lebih Kritis

UNIKA, VERITAS – Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas, selain memiliki organisasi intra kampus, juga memiliki beberapa organisasi ekstra kampus yang bergerak dalam bidang budaya, keagamaan, dan pergerakan kemahasiswaan. Salah satu organisasi ekstra kampus tersebut adalah Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Arih Ersada Unika Santo Thomas yang memiliki sekretariat persis di dekat gerbang Unika Santo Thomas yakni Kantin Laki.

Plt Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) IMKA Arih Ersada, Jeri Barus mengatakan IMKA Arih Ersada Unika Santo Thomas dibentuk pada tanggal 1 Februari 1985 dan menjadi organisasi mahasiswa Karo pertama di kota Medan. IMKA Arih Ersada dibentuk karena adanya inisiatif dari sekumpulan mahasiswa Karo untuk menyatukan seluruh mahasiswa Karo baik yang berasal dari kabupaten Karo maupun di luar kabupaten Karo. Mereka menyebut nama dengan Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA). Nama Arih Ersada dicetuskan oleh para mahasiswa Karo di Unika Santo Thomas yang bergabung dalam perkumpulan itu.

“Nama Arih Ersada dicetuskan karena pada masa pembentukan IMKA kebanyakan mahasiswa sering berselisih paham bahkan terjadi baku hantam. Maka dari itu dicetuskan nama IMKA Arih Ersada dengan tujuan agar seluruh anggota bersatu hati, satu tujuan, satu ideologi. Meski dengan pendapat yang berbeda namun keputusan dimbil secara musyawarah dan menjadi satu suara,” katanya kepada VERITAS UNIKA, Januari lalu.

Jeri menjelaskan, generasi muda memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan menyatukan kebudayaan yang diwariskan oleh para leluhur, apalagi di zaman sekarang ini teknologi dan budaya luar mengambil peran penting dalam kehidupan manusia. Perlahan namun pasti warisan kebudayaan dan adat istiadat mulai terkikis karena peran teknologi dalam kehidupan amasyarakat masa kini.

“Berlandaskan keyakinan tersebut maka hadirlah IMKA Arih Ersada dengan visi: masyarakat IMKA cinta budaya dan jadi mahasiswa kritis. Dengan misi: mewujudkan masyarakat IMKA lebih kritis dan mengembangkan rasa cinta terhadap budaya Karo,” kata Jeri.

Dikatakan Jeri, untuk mengembangkan rasa cinta terhadap budaya Karo, maka setiap tahunnya mereka melaksanakan GGA atau Gendang Guro-guro Aron. GGA adalah tradisi masyarakat Karo yang masih terjaga sampai saat ini. GGA dilaksanakan sebagai salah satu bentuk ucapan syukur atas segala berkat yang dilimpahkan pada masyarakat, sekaligus ajang mencari jodoh bagi para muda/mudi Karo. “Pada zaman sekarang GGA telah menjadi wadah untuk muda mudi Karo semakin mengenal dan mencintai budayanya,” kata Jeri.

Selain melaksanakan kegiatan di bidang budaya, IMKA Arih Ersada juga aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial. Misalnya saa memberikan bantuan untuk masyarakat yang menjadi korban erupsi Gunung Sinabung.

“Sebagai masyarakat Karo, meskipun kami bukan di daerah Sinabung, kami juga ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kami yang telah tinggal dipengungsian selama lebih dari empat tahun. Terkait hal ini, kami menggelar program dan menyatakan diri sebagai Sahabat Sinabung. Memang tidak banyak yang dapat kami perbuat, namun sebisa mungkin kami berusaha untuk membantu meringankan sedikit beban masyarakat Sinabug. Membantu itu bukan hanya sekdar soal materi namun juga bagaimana kita berbagi bersama mereka,”  kata anggota IMKA Arih Ersada, Monika br Tarigan.

PARA pengurus Badan Pengurus Harian (BPH) IMKA Arih Ersada. (DOK IMKA)

Menurut IMKA, prrogram Sahabat Sinabung adalah salah satu perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi pada poin Pengabdian Pada Masyarakat. “Program Sahabat Sinabung ini tidak hanya pada kegiatan berbagi, tapi juga bagimana kita dapat mendengarkan keluh kesah para pengungsi Sinabung. Kita memang tidak dapat memberikan jawaban yang pasti, tapi setidaknya kita bisa menjadi pendengar yang setia untuk mengurangi sedikit beban mereka,” katanya.

Monika mengatakan, kegiatan lainnya yang dilakukan adalah perayaan Natal bersama pengungsi di KWK Berastagi, Jl. Pemuda Berastagi Kabupaten Karo. Karena IMKA Arih Ersada tidak menetapkan iuran bulanan, maka masyarakat IMKA mencari dana dengan bergotong royong dalam menjual bazar seperti cimpa, aksi dana di jalan, mengutip sumbangan sukarela dari seluruh masyarakat IMKA dan para alumni IMKA.

“Selain membuat Natal bersama, kami juga mengajar murid-murid SD yang ada di KWK. Namun saat ini sedang vakum karena berbagai halangan. Harapan kami dan harapan masyarakat pengungsi Sinabung ke depannya, program yang kami jalankan sebelumnya tetap berjalan. Dalam waktu dekat ini kami akan menepati janji untuk menemani pengungsi Sinabung yaitu warga Kuta Rayat dan Kebayaken melaksanakan aksi damai ke Bupati Karo, menuntut janji Bupati Karo mengenai pendidikan dan penanggulangan bencana alam,” katanya. (Liria Tarigan)

Tanpa Uang Iuran Bulanan

JERI mengatakan, setiap tahun IMKA Arih Ersada melakukan perekrutan anggota baru. Setiap mahasiswa yang ingin menjadi anggota, hanya perlu mengisi formulir yang telah disediakan dan membayar Rp 100 ribu untuk biaya mengikuti Malam Keakraban (Makrab). Anggota yang dinyatakan sah sebagai masyarakat IMKA adalah mereka yang mengikuti makrab dan memiliki seragam IMKA.

“Bagi seluruh mahasiswa/i Karo di Unika Santo Thomas yang ingin semakin mengenal budaya Karo dan mengikat tali persaudaraan mari datang ke kentin IMKA. Organisasi IMKA terbuka pada seluruh mahasiswa yang ingin bergabung, bukan hanya orang Karo namun juga bagi teman-teman di luar suku Karo yang ingin mengenal budaya karo. Hanya ada satu syarat mutlak menjadi anggota IMKA yaitu Makrab. Namun bagi teman-teman yang tidak ikut Makrab juga diangap sebagai anggota IMKA namun tidak dapat mengambil bagian dalam kepanitiaan ataupun BPH dan tidak berhak memiliki baju seragam IMKA. Begitu pula dengan teman-teman yang bukan bersuku Karo meskipun sudah ikut Makrab tetap tidak bisa ambil bagian dalam kepanitiaan dan BPH,“ terang Jeri.

Jeri mengatakan, sampai saat ini IMKA Arih Ersada tidak memungut uang iuran atau uang kas bulanan. Namun jika ada masyarakat IMKA yang kemalangan atau alumni yang menikah maka seluruh masyarakat IMKA akan dipungut biaya tergantung kebutuhan. “Namun progam kerja ke depannya direncanakan untuk mengadakan uang kas dan KTA untuk setiap masyarakat IMKA yang sudah mengikuti makrab,” sambungnya.

Jeri mengatakan, meskipun IMKA adalah organisani ekstra kampus, namun organisasi yang iapimpin mendapat dukungan dari dalam kampus. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan dosen bersuku Karo yang mendukung stiap kegiatan yang dilakukan IMKA Arih Ersada.

Sementara itu, anggota IMKA Arih Ersada Unika Santo Thomas, setelah bergabung dengan IMKA, dirinya mengetahui lebih dalam tentang bagaimana pertuturan orang Karo, dan semakin mncintai budaya. Dirinya mengajak seluruh mahasiswa/i Unika yang bersuku karo agar bergabung bersama masyarakat IMKA untuk mengenal dan mendalami budaya Karo dan menjadi mahasiswa yang berpikir kritis.

“Di sini (IMKA), selain saya belajar tentang budaya saya juga belajar tentang kekeluargaan. Bagaimana saya di perantauan seperti memiliki saudara kandung. Saya juga lebih pasif dalam berdiskusi baik itu tentang pembelajaran mata kuliah maupun tentang struktur keorganissian. Saya juga sangat berharap agar pihak unversitas mendukung setiap kegiatan yang dilakukan oleh IMKA karena tidak semua organisasi ekstra kampus itu membawa pegaruh negatif terhada mahasiswa,” katanya.(Liria Tarigan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *